Latest Games :
Home » , » KOMUNIKASI JIWA:spiritual dan transendental

KOMUNIKASI JIWA:spiritual dan transendental

Kamis, 28 Juli 2011 | 1komentar

KOMUNIKASI JIWA:spiritual dan transendental
(Bentuk dan penelitiannya)
Dalam kehidupan global, persoalan yang dihadapi oleh manusia tidak hanya permasalahan ekonomi, sosial, politik, psikologi, teknologi, atau komunikasi, namun dalam konteks keilmuan, para akademisi ditantang untuk
mengkolaborasikan bidang-bidang ilmu tersebut menjadi disiplin keilmuan yang bersifat hibrid. Upaya ini diharapkan dapat memberi jawaban sehingga dapat menjawab kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat akhir-akhir ini.
Ilmu Komunikasi sebagai salah satu bidang ilmu yang banyak sekali mendapatkan imbas dari kemajuan teknologi (terutama teknologi komunikasi) yang ada, diharuskan untuk dapat mebenahi diri dan bekerjasama dengan berbagai disiplin ilmu lainnya dalam mengatasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Sebagai disiplin ilmu yang omni present, ilmu komunikasi memang sangat strategis untuk menjalin kerjasama dengan ilmu-ilmu lainnya (baik ilmu sosial maupun ilmu eksakta/alam). Dalam wujud yang kongkrit, kerjasama tersebut dapat melahirkan disiplin-disiplin ilmu baru yang merupakan hasil hibrid dari ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu lainnya.
Sebagai contoh, kolaborasi antara ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi, dapat melahirkan disiplin ilmu (minimal bidang kajian) hibrid seperti sosiologi komunikasi, antropologi komunikasi, dan psikologi komunikasi). Demikian juga ketika ilmu komunikasi  berkoalisi  dengan ilmu-ilmu eksakta/alam, seperti ilmu kedokteran, biologi, yang akan melahirkan disiplin ilmu komunikasi kedokteran dan biologi komunikasi.
Pada umumnya ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya lebih banyak mengkaji aspek-aspek kongkrit dari kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat dari semaraknya (banyaknya) kajian-kajian fenomena komunikasi yang kongkrit, seperti komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi antarbudaya, komunikasi massa, dan lain sebagainya. Sebaliknya, fenomena-fenomena komunikasi yang abstrak (transenden) sangat jarang (kalau tidak dikatakan tidak pernah) dikaji secara akademis. Padahal banyak sekali aspek (tabir) ilmiah dan transenden yang dapat dilihat ketika wilayah-wilayah transenden (abstrak) dari komunikasi manusia tersebut  dibedah secara ilmiah dan akademis.
Belakang ini, beberapa pakar komunikasi mencoba masuk ke wilayah  asing  tersebut, dengan mengembangkan disiplin baru dari ilmu komunikasi, yaitu komunikasi transendental (Transendental Communication). Prof. Dr. Hj. Nina Winangsih Syam, M.S., adalah salah satu pakar komunikasi yang mengembangkan komunikasi transendental tersebut. Menurut Guru Besar Fakultas Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (UNPAD) ini, bahwa komunikasi transendental memiliki akar keilmuan (landasan ilmiah) yang jelas, sebagai pondasi dalam membangun/mengembangkannya. Menurut Winangsih (2004), setidaknya ada lima disiplin ilmu yang dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah komunikasi transendental, yaitu filsafat Islam, filsafat metafisika, sosiologi fenomenologi, antropologi metafisik, dan psikologi transendental.
Komunikasi transendental memiliki beberapa karakteristik, yang membedakannya dengan bentuk komunikasi lainnya. Adapun ciri-ciri komunikasi transendental, antaralain: fenomenal (Husserl, dalam Littlejohn, 1996:204), individual (Littlejohn, 1996:204), disadari, implisit/memenuhi syarat-syarat a priori, lived-World/holistik, spontan (Bakker, 2000:16), refleksi Second (Bakker, 2000:14), reduksi dari fenomena (Bakker, 2000:15).

Bentuk dan Proses Komunikasi Spiritual

Proses Komunikasi Spiritual
Proses komunikasi spiritual berawal dari Allah swt, sebagai satu-satunya sumber dari segala sumber. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk atau khalifah di bumi yang telah diciptakannya.
Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Q.S.2:30).

Sebagai petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi manusia, Allah swt. memberikan petunjuk lewat ayat-Nya. Ayat Allah dapat dibagi dua, yaitu ayat verbal/ayat lingiustik (Al-Quran) dan ayat nonverbal/non-linguistik (alam) (Izutsu, 1997:145). Ayat verbal disampaikan Allah lewat media-Nya Al-Quran. Dan Al-Quran sendiri diturunkan lewat Malaikat kepada Nabi Muhammad, dan selanjutnya Nabi menyampaikannya kepada umat manusia. Penyebaran dan pengajaran pesan verbal Allah (Al-Quran) dilakukan oleh para khalifah, sahabat, ulama dan tokoh agama yang ada. Sedangkan ayat nonverbal (alam) diberikan atau diperlihatkan langsung oleh Allah kepada manusia tanpa perantaraan. Dengan ayat nonverbal tersebut, Allah menganjurkan kepada hamba-Nya untuk mengambil pelajaran darinya.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(Q.S. 2:164)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal... (Q.S. 3: 190)

Manusia merespon pesan verbal dan nonverbal dari Allah tersebut dengan suatu proses berpikir dan kepercayaan, keyakinan (rukun iman). Sebagai wujud nyata dari keimanannya atas ayat-ayat Allah, maka manusia memberikan respon dengan melakukan ibadah (menyembah) sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah swt dalam rukun Islam.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. 51:56)

Ibadah manusia adalah salah satu bentuk komunikasi (feedback) manusia terhadap komunikasi (perintah/pesan/ayat) Allah. Allah selalu memperhatikan feedback hamba-Nya tersebut, dan kemudian Dia memberikan feedback kembali berupa ganjaran, baik yang diberikan di dunia, maupun di akherat kelak. Ganjaran di dunia dapat dinamakan sebagai feedback langsung dari Allah. Hal ini antara lain diungkapkan oleh Allah dalam firman-Nya:
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Q.S. 7:96)

Sedangkan ganjaran yang diberikan oleh Allah di hari akherat, dapat dikategorikan sebagai feedback yang tertunda. Ganjaran (feedback) yang akan diberikan di akherat oleh Allah, hanya dua tempat, yaitu Surga bagi yang mengikuti perintah-Nya, dan Neraka bagi yang mengingkari-Nya (kafir).
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.(Q.S. 3:185)

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.(Q.S. 13:35)

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.(Q.S. 47:12)


 Wilayah Penelitian Komunikasi Spiritual
Pada bab ini  akan dijelaskan proses umum berlangsungnya komunikasi spiritual (Spiritual Communication). Pada saat sama juga akan dijelaskan prospek dan model penelitian yang mungkin dapat dilakukan. Secara formal akademik/ilmiah, penelitian komunikasi transendental (transendental) masih jarang (kalau tidak dikatakan tidak pernah) dilakukan, karena disiplin ilmu komunikasi transendental sendiri belum banyak dikenal di lingkungan akademik. Sebagai disiplin ilmu yang baru dikenal, komunikasi transendental tidak mungkin dapat melakukan penelitian secara mandiri tanpa partisipasi disiplin ilmu lainnya, seperti penelitian agama, penelitian komunikasi, penelitian sosiologi, dan penelitian-penelitian sosial maupun penelitian ilmu alam lainnya.
Model dan contoh penelitian yang akan dipaparkan dalam bagian ini adalah penelitian komunikasi transendental dalam perspektif filsafat Islam (perspektif lain seperti antropologi dan lain sebagainya dijadikan sebagai ilmu yang menopang penelitian komunikasi spiritual). Komunikasi transendental dalam perspektif ini menurut saya lebih tepat disebut sebagai komunikasi spiritual, yaitu komunikasi antara manusia dengan Allah SWT (Winangsih, 2004). Komunikasi spiritual menurut Prof. Nina Winangsih (2004) memiliki beberapa ciri, diantaranya: berjalan searah, bersifat tunggal, komunikasi bisa muncul secara individu dan kolektif, pesan bersifat religius, komunikasi bersifat abstrak, tujuan komunikasinya untuk beribadah dalam rangka mencapai taqwa.
Penelitian fenomena komunikasi spiritual meskipun dapat dilakukan, tetapi tidak bisa meneliti secara utuh realitas/unsur yang ada dalam komunikasi tersebut, terutama realitas tentang Allah SWT sebagai salah satu partisipan dari komunikasi transendental (spiritual). Terdapat beberapa aspek/wilayah yang dapat diteliti sekitar dinamika dan realitas komunikasi spiritual.
Dalam proses komunikasi spiritual banyak tersirat serta tersurat peluang dan wilayah penelitian yang dapat dilakukan oleh ilmuwan komunikasi. Banyak aspek komunikasi spiritual yang dapat diteliti, misalnya partisipan komunikasi spiritual, media komunikasi spiritual, pesan komunikasi spiritual, proses komunikasi spiritual, feedback dan efek komunikasi spiritual, serta aspek-aspek lainnya.
Manusia dan Allah SWT adalah dua partisipan (peserta) komunikasi spiritual. Kedua peserta komunikasi ini memiliki  karakter  atau sifat realitas yang berbeda, dimana manusia dapat diamati (nyata dan kongkrit), sedangkan Allah SWT tidak dapat diamati secara langsung oleh pancaindera peneliti (abstrak). Perbedaan sifat realitas dari kedua partisipan komunikasi spiritual ini membuat cara meneliti keduanya pun berbeda. Penelitian tentang peserta komunikasi spiritual hanya dapat meneliti tentang manusia. Bahkan realitas tentang manusia pun tidak dapat secara utuh diamati, karena sifat komunikasi spiritual yang dilakukan oleh manusia yang sangat transenden dan private.
Sebagai media komunikasi spiritual, ayat-ayat Al-Quran dapat diteliti, untuk menggali makna-makna yang terkandung di dalamnya. Salah satu metode penelitian yang dapat digunakan untuk mengkaji teks Al-quran adalah metode hermeneutik, yaitu metode dalam penelitian kualitatif untuk memahami makna teks. Hermeneutik sendiri dimaksudkan untuk  membumikan  makna ayat Allah yang  melangit (Hidayat, 1996: 13-14)
Dalam diri Nabi Muhammad saw sendiri (sebagai pengantara/penyampai) pesan komunikasi allah kepada manusia, juga dapat diteliti dengan pendekatan sejarah (Nata, 2000:46). Pada umunya penelitian terhadap diri Nabi Muhammad dapat dilakukan pada dua aspek, yaitu; bagaimana sejarah komunikasi Nabi dengan Allah saat menerima wahyu; dan komunikasi nabi Muhammad dengan umatnya saat menyampaikan dan mengajarkan wahyu dari Allah swt.
Pendekatan yang sama (studi sejarah) juga dapat dilakukan terhadap para pelanjut tugas/missi Nabi dalam menyampaikan pesan allah, yaitu para sahabat, tabiin, ulama, dan tokoh agama lainnya sampai sekarang. Ulama-ulama memiliki pengalaman spiritual dan transendental yang  menarik  untuk diteliti, dengan studi biografi.
Fenomena penyampaian pesan dan ayat Allah (dakwah) para ulama akhir-akhir ini, adalah salah satu realitas penelitian yang aktual yang banyak manfaatnya untuk diteliti. Bagaimana metode komunikasi yang digunakan, bagaimana retorikanya, media apa yang digunakan, serta bagaimana pengaruh komunikasi yang dilakukannya. Penelitian-penelitian tersebut dapat menggunakan beragam pendekatan, seperti studi kasus, fenomenologi, dan juga bisa menggunakan metode kualitatif untuk mengukur pengaruh/efek komunikasi yang dilakukan.
Feedback yang dilakukan oleh manusia atas pesan Allah diawali dari proses pengayaan, keyakinan, kepercayaan (keimanan). Dalam proses ini, penelitian komunikasi spiritual bisa berkolaborasi dengan ilmu spsikologi dalam mengkaji hubungan antara sikap bathin dan pemahaman keagamaan manusia dengan perilaku keagamaannya (Nata, 2000:50)
Tahapan ibadah manusia (terutama mengamalkan rukun Islam), adalah fase yang menyimpan banyak realitas/fenomena transendental yang dapat diteliti. Dengan ilmu psikologi misalnya, komunikasi spiritual dapat meneliti bagaimana efek psikologis dari ibadah yang dilakukan. Sosiologi mungkin dapat  menggali  dampak/efek sosial dari ibadah manusia. Antropologi dengan metode etnografi, fenomenologi, dan etnometodologi dapat meneliti budaya dan tradisi ritual/religi pada masyarakat Islam (Suprayogo, 2001:63).
Penelitian terhadap manusia dalam konteks komunikasi spiritual pada umumnya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu manusia sebagai individu, dan manusia sebagai mahluk sosial yang memiliki kelompok. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki cara dan ritual tersendiri (yang berbeda dengan individu lainnya) dalam berkomunikasi (beribadah) dengan Allah. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari cara masing-masing individu berdzikir, berdoa, lafadz (bacaan) shalat, pilihan tempat ibadah, dan lain sebagainya. Sedangkan sebagai makhluk sosial yang memiliki kelompok, fenomena komunikasi spiritual manusia terpolarisasi berdasarkan kelompok yang dianut/dimasuki oleh mereka. Semaraknya berbagai kelompok keagamaan akhir-akhir ini, merupakan suatu realitas yang sangat menarik untuk diamati, terutama untuk melihat realitas komunikasi spiritual yang berlangsung di dalam kelompok tersebut. Bagaimana realitas dzikir kelompok tertentu, sehingga mereka sampai mengeluarkan air mata. Atau bagaimana gaya (verbal maupun verbal) kelompok agama lainnya dalam mengekspresikan komunikasi spiritualnya kepada Allah SWT.
Untuk  membedah realitas manusia (baik sebagai individu maupun sebagai kelompok), maka komunikasi spiritual antara lain dapat  berkolaborasi dengan disiplin ilmu yang sudah mapan lainnya seperti, psikologi, sosiologi, antropologi, dan lain sebagainya. Psikologi sebagai suatu ilmu misalnya, memiliki beberapa cabang, seperti psikologi pendidikan, psikologi agama, psikologi perkembangan dan lain sebagainya. Psikologi agama adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi yang relevan digunakan untuk membahasa masalah komunikasi spiritual.
Disiplin ini (psikologi agama), dapat digunakan sebagai  pemandu  peneliti dalam  membedah  realitas komunikasi spiritual manusia (baik sebagai individu maupun kelompok). Psikologi agama menurut Suprayogo (2001:63) adalah studi mengenai aspek psikologis dari perilaku beragama, baik sebagai individu (aspek individuo-psikologis) maupun secara berkelompok/anggota-anggota dari suatu kelompok (aspek sosio-psikologis).
Hal yang lebih praktis dikaji oleh psikologi agama adalah tentang motif-motif, tanggapan-tanggapan, reaksi-reaksi dari psike manusia, pengalaman dalam berkomunikasi dengan Yang Supranatural yang sangat mengasyikkan dan sangat dirindukan. Oleh karena itu, menurut Suprayogo (2001:64) bahwa parapsikologi agama menyelidiki sebab-sebab dan ciri psikologis dari sikap-sikap religius atau pengalaman religius dan berbagai fenomena dalam individu yang muncul dari atau menyertai sikap dan pengalaman tersebut. Lebih lanjut Suprayogo menjelaskan bahwa psikologi agama sebagai cabang dari psikologi menyelidiki agama sebagai gejala kejiwaan. Penyelidikan agama sebagai gejala kejiwaan memiliki peran penting mengingat persoalan agama yang paling mendasar adalah persoalan kejiwaan. Manusia meyakini dan mau berserah diri kepada Tuhan, melakukan upacara keagamaan, berdoa, rela berkorban dan rela hidupnya dikendalikan oleh norma-norma agama adalah persoalan kejiwaan.
Sosiologi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial yang banyak berbicara tentang hubungan dan interaksi masyarakat, juga dapat dijadikan sebagai mitra kolaborasi bagi komunikasi spiritual untuk mengungkap realitas dan fenomena individu atau kelompok yang melakukan komunikasi spiritual. Sebagaimana ilmu psikologi, sosiologi juga memiliki banyak disiplin cabang, seperti sosiologi pertanian, sosiologi perkotaan, sosiologi pedesaan, sosiologi industri, sosiologi agama, dan lain sebagainya. Sosiologi agama adalah salah satu cabang sosiologi yang relevan untuk kajian komunikasi spiritual.
Sosiologi agama dirumuskan secara luas sebagai suatu studi tentang interrelasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi di antara mereka. Menurut Robert (dalam Suparayogo, 2001:61) bahwa sosiologi agama mempelajari aspek sosial agama. Obyek penelitian agama dengan pendekatan sosiologi menfokuskan pada (1) kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan; (2) perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut; (3) konflik antarkelompok. Kajian tentang perilaku meliputi: (Suprayogo, 2001:61)
- Perilaku individu dalam hubungannya dengan keyakinan yang dianut seperti pengalaman keagamaan.
- Perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok
- Perilaku individu dalam hubungannya dengan pemimpin
- Perilaku kelompok dalam hubungannya dengan sistem simbol keagamaan tertentu
- Perilaku kelompok dalam hubungannya dengan pemimpin
- Stratifikasi sosial
- Perilaku elit pemimpin agama dalam hubungannya dengan sistem simbol keagamaan
- Perilaku elit agama dalam hubungannya dengan stratifikasi sosial.
Tidak semua ruang lingkup kajian sosiologi agama di atas dapat digunakan dalam penelitian komunikasi spiritual. Menurut saya, ruang lingkup pertama adalah satu-satunya aspek kajian yang relevan dengan disiplin komunikasi spiritual, karena hal tersebut mengisyaratkan adanya hubungan antara manusia dengan Allah (sebagaimana batasan pengertian komunikasi spiritual). Di samping itu, aspek tersebut juga akan mengungkap (mendeskripsikan) bagaimana pengalaman komunikasi spiritual dari subyek penelitian kita.
Sebagai landasan berpijak penelitian, maka dalam melakukan penelitian tentang fenomena komunikasi spiritual manusia dapat menggunakan beberapa teori, yang disesuaikan dengan konteks penelitian yang akan dilakukan. Ketika ingin mendeskripsikan (meneliti) tentang bagaimana tradisi, cara, metode dan pola komunikasi spiritual seseorang, maka lebih tepat bila menggunakan paradigma penelitian fenomenologis, dengan teori yang lebih spesifik, yaitu etnometodologis. Etnometodologi menurut Heritage (dalam Goodman, 2004:322) adalah studi tentang  kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan pertimbangan (metode) yang dengannya masyarakat biasa dapat memahami, mencari tahu, dan bertindak berdasarkan situasi dimana mereka menemukan dirinya sendiri. Menurut Bodgan dan Biklen (dalam Suprayogo, 2004:107) bahwa etnometodologi berarti studi tentang bagaimana individu-individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari mereka, cara mereka menyelesaikan pekerjaan di dalam hidup sehari-hari.
Dengan menggunakan perspektif etnometodelogi dalam  memotret  realitas komunikasi spiritual seseorang, maka peneliti dapat mengungkapkan  rahasia di balik abstrak atau private-nya komunikasi tersebut. Peneliti dapat menelusuri atau menggambarkan bagaimana perasaan, pendapat, atau mungkin harapan dari subyek penelitian, terutama bagaimana subyek penelitian merasakan eksistensi (kehadiran) Allah sebagai mitra komunikasinya.
Penjelasan tentang proses dan wilayah penelitian komunikasi spiritual di atas, apabila diringkas dalam bentuk diagramatik (skema), maka dapat digambarkan sebagai berikut:
PENUTUP

1. Proses komunikasi spiritual bermula dari Allah (sumber dari segala sumber) kemudian memberikan pesannya kepada manusia. Pesan verbal (Al-Quran) diberikan oleh Allah lewat media-Nya Al-Quran melalui perantaraan Malaikat dan Nabi Muhammad, untuk diajarkan kepada manusia. Pesan nonverbal berupa wujud fisik dari alam yang secara langsung diperlihatkan kepada manusia. Pesan-pesan tersebut kemudian direspon oleh manusia dalam bentuk ibadah dan ingkar (kafir), dan Allah pun meresponnya dengan bentuk ganjaran (pahala dan dosa).
2. Dari proses komunikasi spiritual yang berlangsung, banyak peluang (wilayah) penelitian yang bisa  digarap  oleh komunikasi spiritual, baik pada tataran partisipan komunikasi spiritual, medianya, feedback-nya, maupun efek dari komunikasi spiritual. Semua realitas komunikasi spiritual tersebut dapat diteliti dengan berkolaborasi bersama disiplin ilmu lainnya seperti antropologi, psikologi, sosiologi, sejarah, dan lain sebagainya.

DAFTAR REFERENSI

Alisjahbana, S. Takdit, Antropologi Baru, Jakarta, PT. Dian Rakyat
Bakker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Yogyakarta, Pustaka Filsafat
Hidayat, Komaruddin, 1996, Pemahaman Bahasa Agama, Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta, Paramadina
Honigman, John J., 1973, Handbook of Social and Cultural Anthropology, Chicago, Rand McNally College Publishing Company
Izutsu, Toshihiko, 1997, Relasi Tuhan dan Manusia, pendekatan semantik terhadap Al-Quran, Yogyakarta, Tiara Wacana
Koentjaraningrat, 1987, Sejarah Teori Antrapologi I, Jakarta, Universitas Indonesia
--------------------, 1987, sejarah Antropoli II, Jakarta, Universitas Indonesia
--------------------, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta
Nata, Abuddin, 1998, Metodologi Studi Islam, Jakarta, Rajawali Pers
Snijders, Adelbert, 2004, Antropologi Filsafat Manusia, Paradoks dan Seruan, Yogyakarta, Pustaka Filsafat
Suprayogo, Imam dan Tobroni, 2001, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung Rosda
Winangsih, Nina, 2002, Rekonstruksi Ilmu Komunikasi Perspektif Pohon Komunikasi dan Pergeseran Paradigma Komunikasi Pembangunan dalam Era Globalisasi, Bandung, PPS UNPAD.

Share this article :

1 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. RAHAYU BLOG'S - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger